Monday, August 10, 2009

Write a New Note Sebuah modal bernama "man"

biasanya aku teringat dengan 2 nasehat mengenai bekerja :
1. Dimanapun dirimu bekerja dan sebagai apapun, dirimu adalah pemilik pekerjaan dan perusahaan itu. Lakukan segala sesuatu semaksimal mungkin agar Perusahaan milikmu menjadi makin besar, makin kuat dan makin baik. Intinya adalah tekuni dengan serius seolah dirimu ikut andil dalam jatuh bangunnya sebuah perusahaan. hasil terbaik adalah usaha terbaik dibidangmu.
2. Dirimu adalah kata2, ungkapan pikiran dan cerita, bertanggungjawablah dengan berkata yang tegas dan jelas mengenai siapa dirimu. esensinya adalah diri kita adalah citra yang ingin kita tampilkan. bertanggung jawablah dengan citra yang dibuat.

dalam teori dunia manajerial modern hal ini mulai diperkenalkan kepada setiap segmen perusahaan, rasa memiliki sebuah perusahaan dan kebanggaan pada tiap pekerjaan harus ditampilkan dalam citra yang tegas dan sederhana. Padahal teori diatas bisa dikatakan hanya sedikit lebih muda dibanding wayang kulit di Indonesia ini.

dalam 15 tahun singkat bekerja, hanya 1 kali secara teori dan penerapan aku melihat kejadian diatas. Sisanya lebih berupa slogan dan ledakan sesaat seperti teori lainnya yang berusaha memberi landasan berpikir manajerial.

selamanya ucapan " selama belum punya perusahaan sendiri ! " terasa ironis, pekerjaan tidak sekedar hobi atau kewajiban. Sudah saatnya paradigma diubah, dari sekedar bagian numeris yang bisa dibuang atau paradigma Perusahaan adalah keluarga, menjadi keyakinan setiap orang adalah pemilik dari sebuah perusahaan. Perasaan memiliki biasanya berbanding lurus dengan mencintai dan bertanggung jawab. Sebuah modal bernama "man" yang mungkin tidak akan lagi sekedar jargon dipinggir slogan.

semoga bisa diingat selalu, "Man" not a "Machine" under the label of "Employee"

manusia organisasi

dalam dunia yang bernama keteraturan
ada 5 kultur dasar yang hidup didalamnya
yang menentang peraturan
yang mengerti aturan
yang tidak memahami peraturan
yang membengkokkan aturan
yang menjiwai aturan

dalam koridor manajerial
3 segmen kultur mendapat perhatian khusus
membutuhkan pemahaman lebih
dan menuntut perhatian lebih banyak

2 kultur telah mendapat cukup bahasan
banyak materi yang membahas
bagaimana menangani
para penentang aturan
dan pembengkok aturan
segment yang melintas di antara
hitam dan kelabu

dan hanya 1 kultur yang tidak terbahas lengkap
si penjiwa aturan
yang mengerti tiap butir aturan yang ada
dan tidak butir lainnya
hanya ketepatan yang mengagumkan
berjalan di tiap kata peraturan
dan menjalani tiap celahnya dengan pasti
dan membuatnya benar
tanpa penyesuaian
dan biasanya
bisa berdampak lebih merusak dibanding kultur lainnya
tanpa rasa bersalah


-- Organisasi, Perilaku-Struktur-Proses,Teori Komunikasi massa, Majerial Game - moralitas dan loyalitas peraturan --

sayangnya, kecenderungan organisasi membentuk group-group ekslusif
termasuk buku, bahasa, jargon dan cara pengenalan diri
kadang menolak adanya ide,
bahwa group diluar mereka, mampu mendalami kehidupan group lain.
kelemahan persepsi dasar
manusiawi
sayangnya.. biasa..